Dalam rangka memperoleh informasi terbaru mengenai artikel/jurnal, kegiatan seminar, pertemuan ilmiah, audio vidio kegiatan seminar, ebooks, referensi yang open acces kami mohon kepada Bapak/Ibu untuk mengisi formulir pendaftaran Alert System diatas dengan tujuan mengetahui informasi terbaru yang Bapak/Ibu harapkan. Apabila ada kesulitan silahkan menghubungi Andhy, Email:andhy_mmr@ugm.ac.id
Lintje Sintje Corputty, Hari Kusnanto, Lutfan Lazuardi
Artikel baru ini memuat abstrak dan/atau artikel lengkap yang diterbitkan di berbagai jurnal nasional, internasional serta lembaga internasional yang relevan bagi manajemen rumah sakit. Diharapkan para manajer rumah sakit dan pembaca website tertarik untuk membaca artikel tersebut serta para peneliti dan mahasiswa dapat memperoleh ide-ide baru untuk pengembangan penelitian manajemen rumah sakit.
Tuberkulosis (TB) masih merupakan tantangan berat di Indonesia dan berbagai upaya untuk peningkatan mutu pelayanan TB di pelayanan primer maupun sekunder terus dilakukan terutama di Puskesmas dan rumah sakit. Diagnosis TB Paru yang dini dan akurat merupakan langkah pertama yang menjadi kunci keberhasilan pengobatan dan pengurangan transmisi penyakit. Untuk menstandarisasi diagnosis TB paru, WHO dan International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) telah merekomendasi pemeriksaan sputum mikroskopis dengan minimal 1 dahak positif untuk diagnosis TB BTA positif. Pada pasien suspek TB dan hasil pemeriksaan sputum yang negatif, kriteria diagnosis TB Paru BTA negatif mensyaratkan minimal 2 sputum negatif, hasil radiologi yang konsisten dengan TB Paru aktif dan tidak ada respons terhadap antibiotika dengan spektrum luas, status HIV positif, dan keputusan klinisi untuk melakukan pengobatan antiTuberkulosis.
WHO telah mengembangan algoritme diagnosis untuk mendiagnosis TB Paru BTA (+), akan tetapi efektivitas algoritme tersebut dipengaruhi oleh faktor lokal seperti prevalensi HIV, pemanfaatan algoritme di fasilitas pelayanan kesehatan, dan kepatuhan klinisi terhadap algoritme tersebut. Studi ini mengevaluasi implementasi algoritme diagnosis nasional untuk TB, terutama kepatuhan penyedia pelayanan terhadap algoritme diagnosis yang terstandarisasi. Penelitian ini dilakukan di propinsi Yogyakarta pada periode November 2009-Mei 2010, dan melibatkan seluruh Puskesmas dan BP4 di Kota Yogyakarta. Seluruh suspek TB yang memeriksakan ke Puskesmas dan BP4 dilibatkan dalam studi ini. Meskipun studi ini tidak dilakukan di rumah sakit, akan tetapi pembelajaran dari hasil studi ini relevan bagi manajemen rumah sakit mengingat rumah sakit menghadapi permasalahan yang serupa dalam hal penanganan pasien TB. Baca artikel selengkapnya (di pdf ini, atau link ke http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22333111.
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website.
--
[ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju