FK-KMK UGM. Pandemi COVID-19 merupakan peristiwa yang sangat luar biasa. Setiap kisah adalah bagian dari sejarah yang tak boleh berlalu dan menguap begitu saja tanpa sempat diambil sebagai refleksi dan pembelajaran. Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH., Ph.D., bersama 55 perempuan dari beragam profesi dan latar belakang mengabadikan keping demi keping memori tersebut ke dalam Buku, “Kita Bukan Sekadar Angka, Puan Indonesia Menulis Pandemi”.
Mardiyah Chamim, seorang jurnalis yang menjadi inisiator Buku “Kita Bukan Sekadar Angka, Puan Indonesia Menulis Pandemi” mengungkapkan, gagasan buku ini bermula dari sebuah tulisan di The New York Times, tentang sebuah hubungan ibu dan anak perempuannya yang terdampak COVID-19. “Mereka bertukar kabar melalui email tentang kecemasan, kesepian, dan kesulitan menghadapi pandemi. Dari situ saya berpikir bahwa bagus kalau kita dapat mengumpulkan para perempuan dari Aceh sampai Papua lintas usia dan lintas profesi untuk menuliskan kisah masing-masing. Kami yakin bahwa perempuan menghadapi situasi krisis ini dengan beban yang berganda. Akan tetapi perempuan juga pada saat yang sama akan menjadi kunci perubahan”, ungkap Mardiyah Chamim.
Buku ini merupakan sebuah buku penting di era yang genting. Hampir selama satu tahun, COVID-19 telah membuat kehidupan berubah drastis. Buku ini merupakan sebuah kerja kolaborasi #PuanIndonesia dari Aceh sampai Papua. Termasuk dalam jajaran penulis adalah Ratri Anindyajati dan Maria Darmaningsih, pasien awal Covid-19 di Indonesia; mahasiswa Indonesia di Wuhan; para tenaga medis di garda depan; para puan yang berjuang di berbagai medan kehidupan juga turut serta, antara lain pengusaha, guru, dosen, kurator, jurnalis, aktivis, dan pegiat komunitas; juga Prof. Herawati Supolo Sudoyo, Menteri Keuangan RI – Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri RI – Retno Marsudi, dan mantan Menteri Kesehatan RI – dokter Nila F. Moeloek yang turut menorehkan catatan reflektif mereka.
Buku “Kita Bukan Sekadar Angka, Puan Indonesia Menulis Pandemi” ini berhasil diluncurkan pada Selasa (22/12) bersamaan dengan momentum Hari Gerakan Perempuan. Dalam acara launching buku ini, digali sedikit cerita mengenai apa yang ada di balik buku dan sedikit cuplikan dari 56 cerita. Disampaikan melalui 10 penulis yang membacakan masing-masing tulisannya di dalam buku. Salah satu yang terpilih adalah Prof. Adi Utarini yang menceritakan secara langsung mengenai cerita seputar berpulangnya Prof. Dr. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D (Alm), suami tercinta.
Tim penggagas, tim editor, bersama puan-puan penulis akan mendedikasikan seluruh hasil penjualan buku ini untuk diberikan kepada perempuan-perempuan di seluruh Indonesia yang mengalami kesulitan karena pandemi COVID-19. Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga akan mengoordinir bantuan ini dan menyerahkan pada yang bersangkutan.
“Kami mengikuti proses ini (re: penulisan buku) dengan hati gembira dengan harapan kami dapat memberikan sesuatu untuk masyarakat Indonesia secara luas”, ungkap Diah Samiarsih, Ketua Dewan dan Pendiri CISDI (Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives) yang juga merupakan salah satu tim editor buku.
Selamat untuk perempuan-perempuan hebat yang telah mewakili perempuan-perempuan Indonesia. Semoga selalu menginspirasi. (Vania Elysia/ Reporter)